Monday, 12 March 2012

Yesha, the baby that I met at an orphanage

Hari ini, entah kenapa tiba-tiba saya jadi ingat dengan satu pertemuan kecil di tahun 2003, ketika saya masih kelas 1 SMA.
Di SMA saya, pada tahun pertama masing-masing kelas kami diwajibkan mengorganisir sumbangan atau bantuan kepada panti jompo, panti asuhan, atau sejenisnya. Sumbangan ditentukan sendiri, dikumpulkan sendiri, lalu harus kami serahkan sendiri dalam kunjungan ke tempat tersebut.

Kebetulan kelas saya memutuskan untuk menyumbang ke sebuah panti asuhan rekomendasi guru kewarganegaraan kami waktu itu. Guru kami bilang, panti asuhan tersebut banyak diisi anak2 bayi dan balita, sehingga jelas barang2 yang perlu kami sumbang adalah barang2 sebangsa popok, bedak-sabun bayi, susu, biskuit, dan bubur. Tak cuma menyumbang barang dan uang, sebisa mungkin kami membuat kehadiran kami di tempat tersebut lebih dari sekedar datang, taruh sumbangan lalu pergi begitu saja.

Nama panti asuhannya kalo nggak salah Panti Asuhan Matahari Terbit. Kami pergi kesana berombongan, yang pulang-pergi diantar mobil pribadi memberi tumpangan untuk teman2 yang lain. Berhubung saya orangnya awkward kalo berurusan dengan orang baru dan banyak DAN anak2 (soalnya waktu itu saya antipati ama yang namanya anak2 =_=), maka awalnya saya pikir kunjungan ini cuma bakal jadi kunjungan garing biasa.

Ternyata saya salah.

Panti asuhan tersebut menempati sebuah gedung gaya belanda khas Surabaya tengah, mirip seperti rumah kakek-nenek saya di Bogowonto. Terasnya luas dan berupa undakan. Masuk ke dalam ruangan, berjajar sekitar dua baris boks bayi dari kayu berwarna putih, masing2 baris terdiri dari lima boks bayi. Ada suara bergumam, berceloteh, ngroweng, dan sebangsanya. Baunya khas bau kamar bayi. Ada bau ompol, ada bau susu, juga ada bau minyak telon dan bedak.

Saya agak tersentak ketika mengamati bayi dan balita di panti asuhan tersebut. Di dalam sana, waktu itu hanya ada tiga bayi, dua diantaranya perempuan. Sisanya balita, dan hanya ada sekitar tiga anak berusia lima tahun.

Ketika saya perhatikan, semuanya menunjukkan satu gejala yang sama : tatapan matanya kosong. Balita-balita itu bergerak, bergumam, minum susu dari dot, main boneka, namun ketika diajak berinteraksi, mereka hanya memperhatikan kami dengan tatapan mata kosong. Padahal, balita "normal" sepengetahuan kami biasanya akan bereaksi entah malu, sembunyi karena takut-takut, atau malah tertawa ketika kami ajak bercanda. Tapi mereka tidak. bahkan ketika kemudian kami mengadakan semacam acara mirip acara ulang tahun di teras dengan mengajak anak-anak tersebut bermain bersama pun mereka tidak menunjukkan emosi yang berarti. Dalam hati, saya saat itu bertanya-tanya apakah memang begini bedanya anak yang mendapat kasih sayang orang tua semenjak lahir dan yang (karena satu dan lain hal) tidak ya?

Tapi diantara sebegitu banyaknya anak2 yang bertatapan kosong, saya menemukan sesosok bayi mungil yang, Puji Tuhan, matanya masih bersinar-sinar kegirangan.
Saya pun bertanya pada pengasuh panti.

Bayi itu namanya Yesha. Yep, saya pun berpikir waktu itu, jangan2 ibunya demen banget nonton Meteor Garden 2 sampe2 anaknya dinamain Yesha =_=a.

Berbeda dengan anak2 asuh panti lain yang ditinggal ibunya, ditemukan di suatu tempat, atau diberikan ke panti oleh keluarga besar karena kedua orangtuanya telah tiada, Yesha masih punya orangtua. Ibunya datang sebulan sekali ke panti untuk menjenguk Yesha. Ibunya masih muda, kata pengasuhnya. Entah karena sebab apa, yang jelas ibu Yesha bilang dia menitipkan Yesha di panti ini, hanya untuk sementara, sampai ia mampu mengasuh Yesha sendiri. Ibu pengasuh panti bilang, dia tidak pernah tau ayah Yesha. di dokumen panti pun tidak ada.  Karena statusnya hanya titip, maka Yesha tidak untuk diadopsi oleh siapapun yang datang dengan niat mengadopsi.

Beneran deh, Yesha ini semacam "bersinar". Saya saat itu bener-bener ndak suka sama bayi dan anak kecil, tapi ternyata bisa bener2 luluh sampe kepengen bawa Yesha pulang aja rasanya. Saya penasaran dengan ibunya. Apa yang terjadi sampe si ibu harus tega berpisah dari bayi secantik dan se-menggemaskan itu? Apa yang terjadi jika ternyata suatu saat si ibu mendadak tidak datang mengunjungi Yesha lagi? Apakah Yesha juga akan ikut jadi anak-anak yang tidak "bersinar" lagi matanya seperti yang lain? Ketika kunjungan usai pun saya dan seorang teman (cowok, dan waktu itu gebetan saya sih)masih berat meninggalkan Yesha.
Sejak saat itu, saya bertekad dalam hati, saya akan menikah ketika saya menemukan pendamping yang mau memilih opsi mengadopsi anak ketimbang cerai dan cari pasangan baru kalau2 ternyata saya tidak bisa memberinya keturunan. Apakah saya mikir terlalu jauh? Entahlah...tapi saya rasa tidak. Sejak kecil saya sakit2an. Walopun agak tidak ada hubungannya, tapi saya punya wajah mirip salah seorang   tante yang kebetulan mengalami kesusahan memiliki anak. Dan, basically, selalu ada kemungkinan untuk itu, walau jelas saja hal tersebut tidak saya harapkan samasekali.

Yang saya pikirkan, ketika satu pasangan tidak diberkahi keturunan, hal itu bukanlah sesuatu yang mesti dianggap sebagai aib atau musibah atau petaka sampai2 harus cerai, cari istri/suami baru, atau malah berpoligami. Saya pikir, mungkin justru itu adalah kehendak Tuhan, supaya anak2 yang yatim piatu (yang di negara ini saja entah ada berapa juta) punya kesempatan untuk dicintai oleh orangtua yang lengkap dan hidup dengan layak dengan jalan diadopsi.  Saya tidak tahu, apakah anak2 yang tatapannya kosong itu tadi masih bisa "disembuhkan" kekosongannya ketika mereka diadopsi dan diberi limpahan kasih sayang yang semestinya...tapi setidaknya saya yakin, masih ada bayi-bayi cantik lain yang masih belum kehilangan sinarnya, yang pantas untuk mendapatkan lindungan orang tua yang utuh dan menyayangi mereka.

Menikah memang salah satu tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan. Tetapi saya pikir, ketika hal yang satu itu tidak dapat dipenuhi, masih ada begitu banyak hal selain berketurunan yang pantas untuk disyukuri dalam sebuah pernikahan, sehingga tidak begitu saja lantas dibatalkan karena perkara satu itu semata.

Hari ini waktu bongkar2 barang di kontainer baju, saya menemukan sebuah foto yang tenyata adalah foto Yesha (saat itu kebetulan saya ditugasi jadi juru foto acaranya). And I remember her, again. Ternyata, kunjungan ke panti asuhan itu keren. Keren dalam arti, kunjungan tersebut mengubah cara pandang saya, cara berpikir saya, dan cara saya memahami dunia di sekitar saya. Syukurlah, tidak cuma saya ternyata. Beberapa teman dari kelas lain keesokan harinya bercerita dengan hampir menangis mengenai kunjungan mereka ke panti asuhan lain yang ternyata penuh dengan anak2 yatim piatu yang rata2 cacat secara fisik dan cacat mental.

Jika Yesha masih sehat, seharusnya saat ini dia sudah kelas tiga SD. Dimanapun dia berada, saya berdoa, semoga saat ini dia masih hidup, somewhere, with her biological mother, and being happy :)
God Bless You Yesha

Friday, 9 March 2012

Pffffft~!! You dont say....

It's just another day, looking through my facebook newsfeed, and found this in one of my friend's(?) album.
It's quite funny to find something like this in her album, because these words should've been said from me to her, and to so many friends(?) in my highschool days.

Highschool is hell. I got bullied by the people that I've considered as my bestfriends.

They cheat on an exam. As a naive class rep, I have never cheat on anything, and I got disappointed by what my "bestfriends" have done. I ask another student for opinion, on whether I should tell the teacher or not, but that student tell my "bestfriends" that I'm about to tell them to the teacher.

Thus, my hell began.

These "bestfriends" tear tissues into small pieces, rolled them into a ball and throw it to my back-then curled hair for fun, and saying things like "do you smeel a stench somewhere?" when they're near me.
Somehow I got through the bullying. And in my last senior high year, the more-or-less same trouble happened to my bestfriend, and when i stand to defend her, we're getting exiled by the rest of the school, included this friend(?) that has such picture in her facebook album.

Honestly. I AM the one who should've told her these words.

Yes, I forgive her. I could lightly talked to them like nothing ever really happened and have a good laugh together, but I will NEVER forget the damage that she and the other fucking students done to me and my best friend's past. As a bonus, I could never open up myself to other people that sincerely want to be friends with me. Even now.

They're lucky I didn't get myself killed or suicide when they bullied me. I can guarantee that I would be the worst-grudge-holding evil spirit that haunt them all to death if that happens.

Saturday, 5 November 2011

Birthday Wishlist

baiklaaah....mari kita mentjoba untuk bermain-main dengan the law of attraction sekali lagi untuk bulan ini, berhubung tanggal 24 nanti adalah ulang taun saia, wakakakakak....
so let the wishes begin!

1. dapet 400-500ribuan dari njaga UTS thok XDD
2. berhasil bikin kostum Taiwan-chan sebelum tanggal 25 November
3. dapet kado dari ortu, tante2 dan bude2, dan temen2 (maruk amat)
4. dapet kado dinner berdua di tempat yang keren dan asik dari hunny
5. sukses manggung bersama Akibasu dengan performance yang memuaskan
6. masuk kerja full tanpa absen
7. kesampaian beli barang2 yang kemarin harus ditunda karena duidnya gak nutut (agenda, tas laptop, tas ransel)
8. bisa beli contact lens princess universe dua pasang~~
9. bisa bayar pesenan kelengkapan wig di Aeon
10. bisa idup dari duid sendiri sebulan penuh dan bulan-bulan berikutnya juga :D

amiiin~!

Sunday, 30 October 2011

jadi siluman rubah

wkwkwkwkwk, enggak ding...Lagi hepi aja, soalnya obsesi saya untuk sesekali tampil benar2 cantik ternyata terlaksana dengan hasil memuaskan. Terlebih lagi saya jadi dapet feedback positif dari temen-temen yang biasanya malah gak pernah komentar apa-apa walopun saya merasa sudah dandan secantik mungkin.
And indeed, look beautiful makes you feels good too!


Saya bukan tipe yang seneng dandan ribet full heavy make-up untuk sehari-hari. Lagipula, kulit saya termasuk tipe kulit rewel yang nggak suka foundation. Kalo gak cocok mah apalagi...bisa2 langsung muncul deh segala jenis jerawat mulai yg tipe semacam komedo kecil sampe yg bengkak dan nyeri. Emang sih, cepet muncul, cepet ilang juga. Tapi tetep aja annoying, apalagi kalo munculnya di tempat2 yang bisa bikin rasa nyerinya berkali-kali lipat.


Namun tentunya, seperti halnya cewek yang lain, saya pun pernah pingiiiiiiin sekali tampil cantik. Gak usah tiap hari, sesekali aja kalo ada event yang pas udah cukup kok buat saya. Tapi diantara sekian event yang sudah pernah saya lalui, sepertinya baru event kemarin ini deh yang beneran sukses XDDDD. Sebelum-sebelumnya, saya pengen dandan cantik, tapi kadang gak kesampaian karena saya termasuk dalam susunan kepanitiaan misalnya, atau kudu umek sendiri ngurusi ini dan itu, atau nggak bisa dateng, atau gak mungkin tampil cantik dan ribet karena kudu mobile dan bawa macem-macem. Akhirnya ya gak jadi deh.
Tapi obsesi itu tetep ada, dan tentu tetap saya pelihara. Saya belajar diam-diam, mengamati obrolan mbak-mbak dan teman-teman tentang make-up dan product2nya di social network... mantengin pideo tutorial...buka-buka weblog step-by-step dandanan para cosplayer....sambil iseng-iseng mencoba dandan sendiri kalo lagi nganggur di rumah.
Kemarin pun sebenarnya hasil balas dendam karena saya batal cosplay, padahal event itu sudah saya tunggu-tunggu sejak dua bulan yang lalu. Gajian telat dari prediksi awal, mau nekat beli bahan dan bikin ngebut ternyata batal gara2 ada masalah ama yang tadinya mau nganter dan bikin mood saya berantakan total. Event hari pertama saya gak dandan. Untungnya sih memang lagi pada nggak banyak juga yang cosplay. Event hari kedua mulai pengen nangis, berhubung banyak temen-temen cosplayer yg dengan polosnya nanya saya mau cosplay apa besok. Hari terakhir event, berkat support dari seorang sahabat (love you Fonny XD) saya akhirnya memberanikan diri untuk dandan dan pake wig. Kalo ditanya kosple apaan, jawab saya cuma "cosplaying as myself" karena saya emang merasa cuma pengen dandan cantik dan nggak jadi sapa-sapa.
Eh ternyata efeknya kok diluar perkiraan. Banyak yang pangling, kudu ngeliat bener-bener baru nanya "eh?mbak Kia?"

Ekstrimnya sih...dibilang cantik terutama ama cowok yang bukan pacar itu terasa seperti dapet duren runtuh. Bukan kenapa-kenapa ya....cuman, kalo yang bilang cantik itu pacar sendiri khan rasanya semacam bias karena ya beliau emang pacar, dan selalu ada kemungkinan beliau bilang cantik karena takut kita marah/sakit hati kalo dia bilang yang sebenernya. But anyway, kemarin selain si Mas, ternyata ada beberapa temen cowok juga yang bilang saya kelihatan cantik. Rasanya entah kenapa saya jadi pengen ketawa "ufufufufufufufufufu~~" sambil nyembunyiin ekor rubah (kucing deh!) karena toh biasanya saya juga gak bakal dibilang cantik kalo nggak pake make-up.

Saya sendiri bingung apa iya efeknya bener-bener bikin mereka se-pangling itu (soalnya ngerasa ini make-up sumpah berantakan dan tempelan banget). Demo nee...sugoku ureshii~:D
Yang jelas, seperti kata saya di awal tadi, look beautiful makes you feel good about yourself. Dan sepertinya ingatan bahagia tentang kemarin ini bakalan jadi booster yang manjur untuk tetap berada dalam mood yang bagus hingga seminggu kedepan :D

PS : kata mbah Bela sih, saya keliatan beda pas hari itu karena emang yang nampak hari itu bukan saia, tapi semacam spirit yang menyertai saia (si kucing hitam) :D well, indeed she looks pretty XDDD

Monday, 17 October 2011

segala macam keluh kesah pendek seputar saya

orang bilang jangan membatasi diri
tapi saya bilang, tergantung tujuannya dan apa yang mau dibatasi
bukan membatasi diri dari berbagai kesempatan dan peluang
tapi berilah batasan sampai mana dirimu bersedia melakukan sesuatu sebelum hakmu diinjak-injak orang lain

ada beberapa hal yang tidak akan mau saya lakukan tanpa bayaran yang pantas
tetapi jika saya menyukai apa yang saya lakukan, saya tidak akan ambil pusing akan dapat bayaran atau tidak

terlambat 5-15 menit itu masih bisa ditoleransi.
tapi terlambat lebih dari satu jam tanpa ada kabar anda jadi datang atau tidak itu sucks.
setidaknya, katakan dari awal kalau anda mungkin memang akan datang terlambat karena ada urusan.
atau kabari saya ketika anda memang sedang dalam perjalanan.
ketika anda terlambat hingga 1 jam, anda tidak punya hak untuk marah ketika saya memutuskan untuk pergi dari tempat ketemuan.

walaupun kecil porsinya, berbuatlah yang terbaik yang mungkin dapat anda lakukan.
jangan menunggu perbuatan besar. besar atau kecil, yang baik akan tetap baik feedbacknya bagi anda atau bagi siapa saja.

ketika anda sedang emosi dan menggunakan kata-kata kasar, saya bisa maklum.
namun ketika anda sedang dalam kondisi emosi normal dan tetap tidak bisa mengontrol kata dan bahasa yang anda gunakan, maka bukan salah saya jika saya beranggapan pendapat anda layak saya abaikan.

me on my best mood shows my best quality : caring, cheerful, with good humor sense and positive-optimistic thinking.
me on my bad mood shows the worst of me : a bitter and cruel criticizer, jealous, sharp-tongue person, and a quiter.

sounds too idealistic? indeed :)
and this is just me.

Tuesday, 20 September 2011

a thought about "rape"

akhir2 ini kayaknya temen-temen saya, terutama yang wanita, di Indonesia sedang sibuk membahas ucapan salah seorang petinggi negara yang seolah-olah menyatakan bahwa tidak salah jika perempuan yang berpakaian tidak sopan (dalam hal ini rok mini) menjadi korban perkosaan. Saya tidak tahu pasti gimana cara beliau ngomong atau dalam konteks apa, tapi yang jelas kata-kata beliau menimbulkan amarah yang cukup besar, terutama dari kalangan perempuan.
Persoalan makin runcing ketika tokoh tersebut disinyalir beragama muslim, dan menganjurkan wanita berpakaian tertutup sesuai hukum muslim. Saya menyayangkan beberapa komentar kawan yang awalnya hanya mempermasalahkan perkara memakai rok mini lama2 merembet ke persoalan oknum pemerintahan dan SARA.
Beberapa waktu lalu saya pernah mendapat posting notes berantai berjudul "Rape is not a Joke". Of course saya repost. Saya juga yakin kalo tidak banyak yang membaca repost notes saya (karena toh saya ndak nge-tag sapa2 juga), dan sungguh saya merasa itu ndak masalah.
Yang agak bikin hati saya gatal adalah kenyataan bahwa saya kenal dengan salah satu survivor dari peristiwa pemerkosaan.
Kejadiannya mungkin sekitar 25 tahun yang lalu. Mohon maaf, tapi saya ndak akan memberi tahu gimana saya kenal dengan survivor yang satu ini. Kenalan saya ini diperkosa. Saya ndak pingin cerita detil seperti apa kejadiannya, yang jelas dia diperkosa. Dia bukan perempuan yang suka umbar aurat. Pake rok mini saja enggak. Mirisnya, peristiwa itu ndak pernah sampai diproses aparat penegak hukum karena keluarganya malu. Ibu dan kakak perempuannya sendiri berpikir bahwa dia yang kegatelan sampe2 diperkosa orang.
Seandainya kejadian seperti itu menimpa saya, saya pasti jadi gila apabila dua orang perempuan yang paling dekat dengan saya ber-reaksi demikian. Puji Tuhan, ayahnya justru percaya sama kenalan saya ini, bahwa dia ndak pernah berlaku macam2 yang sengaja mengundang terjadinya peristiwa tersebut.
Dia survive, melanjutkan hidup, dan Puji Tuhan bertemu seorang pria super baik yang menerima dia apa adanya hingga mereka menikah dan akhirnya punya anak. Sementara si pemerkosa entah dimana. Mungkin juga saat ini sudah punya keluarga sendiri.
Yang namanya perkosaan itu bukan sekedar peristiwa direnggut-paksanya keperawanan perempuan. Lebih dari itu, opini saya pribadi, perkosaan itu sama dengan pembunuhan. You took a life from a woman the day you rape her. You took a liberty of a woman to refuse and say no to you the day you rape her. Lebih ekstrim lagi, saya pikir, you took the dignity of a woman who gave birth to you the day you rape a woman.
Saya nggak tau apa sudah pernah ada penelitian terhadap anak dari korban perkosaan ya...tapi yang jelas, sepengamatan saya, dua anak perempuan kenalan saya tadi punya kecenderungan takut terhadap laki-laki. bahkan mereka ndak bisa deket sama ayahnya sendiri.
Saya bersikap serius apabila menyangkut hal yang satu ini, karena saya tahu persis apa yang mungkin terjadi pada korban perkosaan dan orang-orang terdekatnya. Saya bisa marah hanya karena seseorang kasi komentar main-main pada artikel/notes/thread mengenai perkosaan, terlepas siapa yang salah dalam kasus tersebut. Jujur, saya juga merasa gatal apabila kejadian akhir2 ini akhirnya malah melenceng dari fokus masalah yang sebenarnya hingga akhirnya malah menyeret-nyeret masalah pemerintah dan bahkan agama. Come on guys, that's not the real problem.
Ya, saya sedih karena pemerintah kita dipenuhi oknum2 yang lebih suka berkoar sebelum berpikir dan memikirkan isi yang ingin dia koar2kan. Ya, saya sedih karena beberapa oknum menganggap bahwa agama saya yang tidak melarang pemakaian rok mini dan agama sahabat2 saya yang muslim dianggap membuat bias pernyataan oknum pemerintah tersebut dan malah memicu SARA yang lebih luas lagi. But please, more than that, it is the way we see things, the way we think with our brain, and the way our heart speak that really make the difference.
Saya percaya tidak semua aparat pemerintahan kita setuju dengan perkataan oknum tersebut, tapi akhirnya memilih untuk tidak angkat bicara karena berbagai alasan.
Saya percaya semua agama mengajarkan hal yang paling baik terhadap umatnya dan seluruh alam semesta.
Saya percaya bahwa tanpa rok mini pun seorang wanita selalu bisa menjadi korban perkosaan.
Karena saya tahu pasti, bukan ketiga hal diatas yang mementukan terjadi tidaknya suatu pemerkosaan.
Maka, saya ingin mengajak teman dan sahabat sekalian yang peduli dengan perempuan untuk lebih fokus  mencegah terjadinya perkosaan dengan memelihara akal budi dan kesopanan masing-masing saja. Tanpa campur tangan negara pun, jika manusia2nya terpelihara akal budinya, tentu perkosaan bisa diminimalisir atau bahkan dihapuskan sama sekali dari bumi Indonesia. Tidak ada wanita diatas bumi ini yang layak diperkosa. Tidak usah saling tuding dan menyalahkan. Mari kita mulai dari diri masing-masing.

Saturday, 3 September 2011

how to treat your art with attitude : artwork, photograph, or whatever

(taken from my facebook notes on Monday, May 16, 2011 at 1:34am)


Setelah cukup lama gak bisa cawe2 tentang menggambar manga, gagal ikut workshopnya Machiko sensei, dan masuk kerja full time, saya otomatis hanya bisa mengamati gambar2 manga-style yang beredar di facebook dan kebanyakan ya dipost oleh beberapa teman yang saya temui di workshop unair beberapa waktu lalu. Ada beberapa hal menarik yang ingin sekali saya share pada anda semua yang merasa suka menggambar manga maupun bercita2 jadi mangaka, dan berhubung saya jadi ndak bisa kumpul2  ama divisi manga-nya kojtsu juga akhir2 ini, moga2 ini bisa jadi sedikit masukan untuk anda semua ya :)

1. maksimalkan gambar anda sebelum diaplot
Jangan aplot dan nge-tag orang lain di gambar yang anda sendiri nggak puas liatnya. Apa lagi minta kritik dan saran.
Kenapa?
Gini, kalo di deskripsi gambar aja udah ditulis "maaf ya kalo masi kurang rapi" atau "maaf ya kalo gambar tangannya kekecilan" dst,dst, berarti anda sudah tau itu kurang rapi. Kalau anda sudah tau itu kurang rapi, lalu org2 yang di tag itu harus komentar apa? dakara, dear friends....kalo anda ingin tau komentar teman2 anda, aplotlah gambar yang anda sendiri percaya bahwa gambar tersebut sudah bagus. Kalo anda merasa sketsa pensil anda sudah bagus, lalu anda aplot, lalu ada yang berkomentar karya anda kurang rapi, maka itulah saran yang seharusnya anda cari2.

2. "maaf kalau gambarnya jelek ya"
Nah...ini dia yang paling bikin saya males komen.
Jadi, gini ya.....
Kalo buat saya, tiap2 gambar dan tiap2 karakter yang saya desain itu sama dengan ANAK-ANAK SAYA SENDIRI, dan SAYA PERCAYA bahwa mereka saya "ciptakan" dalam bentuk TERSEMPURNA MEREKA yang tentunya ya merupakan hasil dari usaha termaksimal saya untuk mewujudkan mereka di atas kertas. Kalo untuk karakter desain, ada kalanya saya GAK AKAN NGASI NAMA mereka kalo saya anggap gambar saya tentang mereka seharusnya bisa lebih maksimal lagi. Kalopun menurut selera orang lain masih jelek (jelek loh ya, bukan salah ato kurang apa gitu), seenggaknya, saya puas sudah berusaha membuat mereka semaksimal mungkin, dan puas karena merasa gambar yang saya buat sudah bagus.

Buatlah mereka dengan usaha terkerasmu, dan banggalah pada hasil karyamu! Jangan belom2 udah bilang "maaf ya kalo jelek". Kenapa? karena itu berarti anda mengakui bahwa untuk standar selera anda sendiri karya anda itu jelek. DO YOUR BEST! Dan kalo hasil yang anda anggap THE BEST itu masih dikritik orang, terimalah! Itu berarti memang masih ada kekurangan dari THE BEST-nya anda. Kalo ternyata dibalik karya bagus anda itu ternyata ada masalah keterbatasan di sana dan di situ dalam proses pengerjaannya dan bisa anda atasi ya saia lebih kagum dong, dibanding dengan yg belum2 udah pasang perisai penjelasan karyanya dikerjakan dalam kondisi kesusahan karena ini dan itu, ndak ada ini dan itu, ato pas kondisi badan lagi ini atau itu...=__=

Kalo dari awal anda sendiri udah bilang "maaf ya kalo karya saya jelek", asumsi saya, anda sudah tau kalo karya anda jelek, jadi logikanya ya saya gak perlu komentar lagi untuk menjelaskan standar jelek-bagusnya saya seperti apa....toh anda sendiri udah bilang jelek kok.

Secara garis besar, sebenernya tujuan mengaplot gambar  ada dua : minta kritik-saran ATAU sekedar pamer. Apakah salah kalo anda pengen pamer? JELAS NGGAK. Namun, logika-nya, barang yang anda pamerkan ndak mungkin dong barang yang anda anggap jelek.

"Jadi ndak boleh nih, pamer kejelekan?"
Terserah, itu hak anda. menurut saya sih boleh2 aja. TAPI, kasi liat juga usaha anda untuk berubah dari jelek ke bagus.

"Jelek-bagus khan relatif kak!"
Yup. Jelek-Bagus itu relatif. Bener-salah juga relatif. Untuk gambar/artwork, menurut saya yang ada cuman "enak diliat" dan "aneh diliat". Tapi sekali lagi, kalo anda pengen dapet kritik dan saran, berusahalah tampilkan yang terbaik. kalo usaha terbaik anda masih dianggap gagal, tanyalah gagalnya di sebelah mana dan seharusnya diapakan. Jangan belum2 sudah bilang "iya, maklum masih belajar, jadi ya masih begini kak gambar saya", karena semua orang yang pernah menggambar, suka menggambar, dan harus menggambar adalah orang2 yang bisa terus menerus belajar dan terus menerus bisa merubah gambarnya jadi lebih baik.

"Ya khan kalo saya pamer entar tanggepannya saya sok, kak....ato belagu"
Lho? kalo emang niatnya pamer ya gapapa toh? Anggapan sok atau belagu itu sudah termasuk dalam resiko. Lagipula, kalo emang ada orang yang nganggep anda begitu, khan anda tinggal liat aja orang itu bisa lebih bagus dari anda apa nggak. Kalo enggak ya berarti orang itu besar omong doang. Kalau anda menganggap saya ngomong begini ini termasuk dalam konteks belagu, dan anda berpendapat bahwa karya2 saya jjuga gak bagus2 amat, ya monggo :D, itu hak anda. Saya amat sangat sadar bahwa masih banyak orang yang bisa menggambar lebih bagus dan lebih ahli daripada saya, termasuk anda2 semua :). yang jelas disini niat saya sharing ya...bukan pamer or sok ngajarin. Mohon maaf kalo anda merasa saya sok or menggurui.

"Buat saya ini udah bagus kak, walopun masih pensilan" atau "Ya menurut saya yang bagus ya ini kak"
Sebenernya justru attitude seperti ini yang saya harapkan. Kalo memang anda yakin sketsa pensil anda yang masih orek2an kasar dan buat beberapa orang gak jelas itu bagus, ya silahkan diaplot. Yang penting anda sendiri yakin bahwa inilah "bentuk" terbaiknya. Ada karya yang memang terlihat lebih bagus dalam bentuk sketsa pensilnya, ada karya yang terlihat bagus ketika sudah dalam format polesan digital. Itu terserah selera dan kemampuan skill anda seperti apa. Ketika anda sudah melakukan yang terbaik dan sudah merasa seperti ini, lalu ingin tau apa ada yang ganjil atau salah, baru saya bisa tanya2 dan kasi masukan yang kira2 bisa berguna.

Mohon maaf sebelumnya, ini cuman sharing, terserah juga sih anda mau ber-attitude seperti apa terhadap karya anda. Cuma, KALO SAYA minta kritik dan saran, saya aplot hasil terbaiknya. Apakah ndak ada aplotan saya yang saya anggap nggak terbaik? ADA. Tetapi, saya aplot bersebelahan dengan hasil akhirnya (abis diwarnain tah, abis di edit di photoshop tah, abis diapain tah) yang saya anggap paling maksimal. ATAU, saya susun berdasarkan timeline pembuatannya. Jadi, yang ngeliat tau jeleknya dimana dan effort saya sampe seberapa, dan perkembangan saya dari jaman SMP ke SMA ke Kuliah gimana, supaya gambar yang tadinya or dulunya masi gak rapi or gak diwarna jadi bagus.

Notes ini tidak dibuat dengan maksud negatif. Justru, saya ingin supaya anda bisa menghargai karya anda sendiri, dan tidak terjebak dengan komentar2 bernada pujian yang pada akhirnya ndak membawa perbaikan dan perkembangan bagi gambar2 anda berikutnya, atau malah terjebak dalam sikap pura2 minta kritik dan saran tapi sebenernya mengharapkan pujian. Kalo anda pengen pujian, pamerkanlah the best effort anda. Kalo best effort anda dikritik, dengerin dulu, pikir baik2, dan introspeksi, jangan malah nyolot ato kapok (soale nek gitu ya tetep ae gak berkembang kemana-mana gambar anda).

Yosh! Sekian dulu ya sharing saya. Sekali lagi, ini sharing dari SUDUT PANDANG PRIBADI SAYA saja.And anyway...ternyata notes ini ndak cuma berlaku untuk gambar2 yg diaplot di fesbuk sebenernya...masi banyak hal lain yg juga diaplot2 di fesbuk dan minta dikomenin tapi dengan kelakuan yang sama : pake kata2 "fail", "maaf bikinnya pas ngantuk" dst dsb...dan honestly, saia beneran males komen kalo udah liat kata2 seperti itu =__=. I'm so sorry.